A.
Kesehatan Mental
Berdasarkan
orientasi penyesuaian diri, kesehatan mental memiliki pengertian kemampuan
seseorang untuk dapat menyesuaikan diri sesuai tuntutan kenyataan di
sekitarnya. Tuntutan kenyataan yang dimaksud di sini lebih banyak merujuk pada tuntutan
yang berasal dari masyarakat yang secara konkret mewujud dalam tuntutan
orang-orang yang ada di sekitarnya. M. Jahoda, seorang pelopor gerakan
kesehatan mental, memberi definisi kesehatan mental yang rinci. Dalam
definisinya, “kesehatan mental adalah kondisi seseorang yang berkaitan dengan
penyesuaian diri yang aktif dalam menghadapi dan mengatasi masalah dengan
mempertahankan stabilitas diri, juga ketika berhadapan dengan kondisi baru,
serta memiliki penilaian nyata baik tentang kehidupan maupun keadaan diri sendiri”. Beberapa
pandangan aliran mengenai kesehatan mental menurut:
1.
PSIKOANALISA
Aliran psikoanalisa melihat
manusia dari sisi negatif, alam bawah sadar (id, ego, dan super ego), mimpi dan
masa lalu. Aliran ini mengabaikan potensi yang dimiliki oleh manusia, pandangan
kaum psikoanalisa hanya memberi kepada kita sisi yang sakit atau kurang ‘sisi
yang pincang’ dari kodrat manusia, karna hanya berpusat pada tingkah laku yang
neuritis dan psikotis. Sigmund freud dan orang-orang yang mengikuti ajarannya
mempelajari kepribadian yang terganggu secara emosional, bukan kepribadian yang
sehat atau kebribadian yang paling buruk dari kodrat manusia, bukan yang paling
baik. Jadi, aliran ini memberi gambaran pesimis tentang kodrat manusia, dan
manusia dianggap sebagai korban dari tekanan-tekanan biologis dan konflik
masa kanak-kanak.
2.
BEHAVIORISME
Aliran behaviorisme
memperlakukan manusia sebagai mesin, yaitu di dalam suatu sistem kompleks yang
bertingkah laku menurut cara-cara yang sesuai dengan hukum. Dalam pandangan
kaum behavioris, individu digambarkan sebagai suatu organisme yang bersifat
baik, teratur, dan ditentukan sebelumnya dengan banyak spontanitas kegembiraan
hidup, berkreativitas seperti alat
pengatur panas. Jadi, manusia dilihat oleh para behavioris sebagai orang-orang
yang memberikan respons secara pasif terhadap stimulus-stimulus dari luar dan
manusia di anggap tidak memiliki diri sendiri.
3.
HUMANISTIK
Para ahli psikologi
humanistik, telah memiliki sudut pandang yang segar terhadap kodrat manusia.
Apa yang mereka lihat adalah suatu tipe individu yang berbeda dari apa yang
digambarkan oleh behaviorisme dan psikoanalisa, yaitu bentuk-bentuk psikologi
tradisional. Aliran ini menganggap setiap orang memiliki kemampuan untuk lebih
baik. Bagi ahli-ahli psikologi humanistic, manusia jauh lebih banyak memiliki
potensi meskipun kebanyakan ahli psikologi humanistik tidak menyangkal bahwa
stimulus-stimulus dari luar, instink-instink, dan konflik-konflik masa
kanak-kanak mempengaruhi kepribadian, namun mereka tidak percaya bahwa manusia
merupakan korban yang tidak dapat berubah dari kekuatan-kekuatan negatif.
Manusia harus dapat mengatasi masa lampau, kodrat biologis, dan ciri-ciri
lingkungan. Manusia juga harus berkembang dan tumbuh melampaui kekuatan-kekuatan
negatif yang secara potensial menghambat. Gambaran ahli psikologi humanistik
tentang kodrat manusia adalah optimis dan penuh harapan. Mereka percaya
terhadap kapasitas manusia untuk memperluas, memperkaya, mengembangkan, dan
memenuhi dirinya, untuk menjadi semuanya menurut kemampuan yang ada. Para
pendukung gerakan potensi manusia mengemukakan bahwa ada suatu tingkat
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat diperlukan, yang melampaui ’normalitas’.
Mereka berpendapat bahwa manusia perlu memperjuangkan tingkat pertumbuhan yang
lebih maju supaya merealisasikan atau mengaktualisasikan semua potensinya, dan
tidak cukup hanya seseorang bebas dari sakit emosional. Dengan kata lain, tidak
adanya tingkah laku neurotis atau psikotis, tidak cukup untuk menilai seseorang
sebagai pribadi yang sehat. Tidak adanya sakit emosional hanya merupakan suatu
langkah pertama yang diperlukan untuk pertumbuhan dan pemenuhan, karna seorang
individu harus mencapai sesuatu yang lebih jauh lagi.
Sedangkan
pengertian kesehatan mental menurut pendapat:
1.
Alport
Pendapat Allport dalam
Membahas Manusia
Gambaran kodrat manusia
yang diutarakan Allport adalah positif, penuh harapan, dan menyanjung-nyanjung.
Allport tidak percaya bahwa orang-orang yang matang dan sehat dikontrol dan
dikuasai oleh kekuatan-kekuatan tak sadar; kekuatan-kekuatan yang tidak dapat
dilihat dan dipengaruhi. Orang-orang yang sehat tidak didorong oleh
konflik-konflik tak sadar dan tingkah laku mereka, Allport percaya bahwa
kekuatan-kekuatan tak sadar itu merupakan pengaruh-pengaruh yang penting pada
tingkah laku orang-orang dewasa yang neurotis, akan tetapi individu-individu
yang sehat yang berfungsi pada tingkat rasional dan sadar, menyadari sepenuhnya
kekuatan-kekuatan yang membimbing mereka dan dapat mengontrol kekuatan-kekuatan
itu juga.
Kepribadian-kepribadian
yang matang tidak dikontrol oleh trauma-trauma dan konflik konflik masa
kanak-kanak. Orang-orang yang neurotis terikat atau terjalin erat pada
pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak, tetapi orang-orang yang sehat bebas
dari paksaan-paksaan masa lampau. Orang-orang yang sehat dibimbing dan
diarahkan oleh masa sekarang dan oleh intensi-intensi ke arah masa depan dan
antipasti-antipasi masa depan. Pandangan orang yang sehat adalah ke depan, kepada
peristiwa yang akan datang dan tidak mundur kembali kepada peristiwa-peristiwa
masa kanak-kanak. Segi pandangan yang sehat ini memberi jauh lebih banyak
kebebasan dalm memilih dan bertindak. Allport percaya bahwa bahwa sama sekali
tidak ada kesamaan-kesamaan fungsional antara orang yang neurotis dan orang
yang sehat. Allport mengemukakan suatu jurang atau dikotonomi diantara keduanya
dan salah satu diantara tipe-tipe kepribadian itu tidak memperlihatkan salah
satu diantara sifat-sifat yang lainnya. Dalam pandangan Allport, orang yang
neurotis beroperasi dalam genggaman konflik-konflik dan pengalaman-pengalaman
kanak-kanak dan kepribadian yang sehat berfungsi pada suatu taraf yang berbeda
dan lebih tinggi. Allport lebih suka mempelajari orang-orang dewasa yang matang
dan hanya sedikit saja berbicara mengenai orang-orang yang neurotis. Karena itu
kita dapat berkata bahwa sistem dari Allport hanya berorientasi pada kesehatan.
a.
Perkembangan Proprium Sebagai Dasar
Perkembangan Kepribadian yang Sehat
Allport ingin menghilangkan kontradiksi-kontradiksi dan
kekaburan-kekaburan yang terkandung dalam pembicaraan-pembicaraan tentang
“diri” dengan membuang kata itu dan menggantikannya dengan suatu kata lain yang
akan membedakan konsepnya tentang “diri” dari semua konsep lain. Istilah yang
dipilihnya adalahproprium dan dapat didefinisikan dengan memikirkan
bentuk sifat “propriate” seperti dalam kata “appropriate”. Proprium menunjuk
epada sesuatu yang dimiliki seseorang atau unik bagi seseorang. Itu berarti bahwa proprium (self)
terdiri dari hal-hal atau proses-proses yang penting dan bersifat pribadi bagi
seorang individu, segi-segi yang menentukan seseorang sebagai yang unik.
Allport menyebutnya “saya sebagaimana dirasakan dan diketahui”.
Proprium berkembang dari masa
bayi sampai masa adolesensi melalui tujuh tingkat “diri”. Apabila semua segi
perkembangan telah muncul sepenuhnya, maka segi-segi tersebut dipersatukan
dalam suatu konsep proprium. Jadi proprium adalah
susunan dari tujuh tingkat “diri” ini. Munculnya proprium merupakan
suatu prasyarat untuk suatu kepribadian yang sehat.
“Diri” jasmaniah. Kita tidak dilahirkan
dengan suatu perasaan tentang diri. Bayi itdak dapat membedakan antara diri
(“saya”) dan dunia sekitarnya. Kira-kira pada usia 15 bulan, maka muncullah
tingkat pertama perkembangan proprium diri jasmaniah. Kesadaran
akan “saya jasmaniah” misalnya bayi membedakan antara jari-jarinya dan sebuah
benda yang dipegang dalam jari-jarinya.
Identitas diri. Pada tingkat kedua
perkembangan, muncullah perasaan identitas diri. Anak mulai
sadar akan identitasnya yang berlangsung terus sebagai seorang yang terpisah.
Anak mempelajari namanya, menyadari bahwa bayangan dalam cermin adalah bayangan
yang sama seperti yang dilihatnya kemarin, dan percaya bahwa perasaan tentang
“saya” atau “diri” tetap bertahan dalam menghadapi pengalaman-pengalaman yang
berubah-ubah.
Harga diri. Tingkat ketiga dalam
perkembangan proprium ialah timbulnyaharga diri. Hal ini menyangkut
perasaan bangga dari anak sebagai suatu hasil dari belajar mengerjakan
benda-benda atas usahanya sendiri. Allport percaya bahwa hal ini merupakan
suatu tingkat perkembangan yang menentukan, apabila orang tua menghalangi
kebutuhan anak untuk menyelidiki maka perasaan harga diri yang timbul dapat dirusakkan.
Akibatnya dapat timbul perasaan dihina dan marah.
Perluasan diri (self extension).
Tingkat perkembangan diri berikutnya adalah perluasan diri, mulai sekitar usia
4 tahun. Anak sudah mulai menyadari orang-orang lain dan benda-benda dalam
lingkungannya dan fakta bahwa beberapa diantaranya adalah milik anak tersebut.
Anak berbicara tentang “kepunyaanku”, ini adlah permulaan dari kemampuan orang
untuk memperluas dirinya, untuk memasukkan tidak hanya benda-benda tetapi juga
abstraksi-abstraksi, nilai-nilai, dan kepercayaan-kepercayaan.
Gambaran diri. Gambaran diri berkembang
pada tingkat berikutnya. Hal ini menunjukkan bagaimana anak melihat dirinya dan
pendapatnya tentang dirinya. Gambaran ini berkembang dari interaksi-interaksi
antara orangtua dan anak. Lewat pujian dan hukuman anak belajar bahwa
orangtuanya mengharapkan supaya menampilkan tingkah laku-tingkah laku tertentu
dan manjauhi itngkah laku-tingkah laku lain. Dengan mempelajari harapan-harapan
orangtua, anak mengembangkan dasar untuk suatu perasaan tanggung jawab moral
serta untuk perumusan tentang tujuan-tujuan dan intensi-intensi.
Diri sebagai pelaku rasional.
Setelah anak mulai sekolah, diri sebagai pelaku rasional mulai timbul. Aturan-aturan
dan harapan-harapan baru dipelajari dari guru-guru dan teman-teman sekolah
serta hal yang lebih penting ialah diberikannya aktivitas-aktivitas dan
tantangan-tantangan intelektual. Anak belajat bahwa dia dapat memecahkan
masalah-masalah dengan menggunakan proses-proses yang logis dan rasional.
Perjuangan proprium (propriate striving).
Dalam masa adolesensi, perjuangan proprium (propriate striving), tingkat
terakhir tingkat terakhir dalam perkembangan diri (selfhood) timbul.
Allport percaya bahwa masa adolesensi merupakan suatu masa yang sangat
menentukan. Orang sibuk dalam mencari identitas diri yang baru, segi yang
sangat penting dari pencarian identitas ini adalah definisi suatu tujuan hidup.
Pentingnya pencarian ini yakni untuk pertama kalinya orang memperhatikan masa
depan, tujuan-tujuan dan impian-impian jangka panjang.
Perkembangan dari daya dorong kedepan, intensi-intensi,
aspirasi-aspirasi, dan harapan-harapan orang itu mendorong kepribadian yang
matang. “sasaran-sasaran yang menentukan” ini dalam pandangan Allport sangat
penting untuk kepribadian sehat.
Tujuh tingkat diri atau proprium ini berkembang dari masa
bayi sampai masa adolesensi. Suatu kegagalan atau kekecewaan yang hebat pada
setiap tingkat melumpuhkan penampilan tingkat-tingkat berikutnya serta
menghambat integrasi harmonis dari tignkat-tingkat itu dalam proprium.
Dengan demikian pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak sangat penting dalam
perkembangan kepribadian yang sehat.
b.
Ciri-ciri Kepribadian yang Matang Menurut
Allport
Tujuh criteria kematangan ini merupakan
pandangan-pandangan Allport tentang sifat-sifat khusus dari kepribadian sehat.
1. Perluasan
Perasaan Diri
Ketika
diri berkembang, maka diri itu meluas menjangkau banyak orang dan benda.
Mula-mula diri berpusat hanya pada individu kemudian diri bertambah luas
meliputi nilai-nilai dan citi-cita yang abstrak. Orang harus menjadi partisipan
yang langsung dan penuh. Allport menamakan hal ini “pertisipasi otentik yang
dilakukan oleh orang dalam beberapa suasana yang penting dari usaha manusia”.
Orang harus meluaskan diri ke dalam aktivitas. Menurut
Allport, suatu aktivitas harus relevan dan penting bagi diri; harus berarti
sesuatu bagi orang itu. Apabila anda mengerjakan suatu pekerjaan karena anda
percaya bahwa pekerjaan itu penting, menantang kemampuan, membuat anda merasa enak,
maka anda merupakan seorang partisipan otentik dalam pekerjaan itu. Aktivitas
itu lebih berarti daripada pendapatan yang diperoleh dan memuaskan
kebutuhan-kebuthan lain juga. Semakin seseorang terlibat sepenuhnya dengan
berbagai aktivitas atau orang atau ide, maka ia semakin sehat secara
psikologis. Diri menjadi tertanam dalam aktivitas-aktivitas yang penuh arti dan
menjadi perluasan perasaan diri.
2. Hubungan
Diri yang Hangat dengan Orang-orang Lain
Allport
membedakan dua macam kehangatan dalam hubungan dengan orang-orang lain:
kapasitas untuk keintiman dan kapasitas untuk perasaan terharu. Orang yang
sehat secara psikologis mampu memperlihatkan keintiman (cinta) terhadap
orangtua, anak, partner, teman akrab. Apa yang dihasilkan oleh kapasitas untuk
keintiman ini adalah suatu perasaan perluasan diri yang berkembang baik, syarat
lain bagi kapasitas keintiman adalah suatu perasaan identitas diri yang
berkembang dengan baik. Ada perbedaan antara hubungan cinta dari orang
yang neurotis dengan hubungan cinta dari kepribadian-kepribadian yang sehat.
Orang-orang yang neurotis harus menerima cinta jauh lebih banyak daripada
kemampuan mereka untuk memberinya. Apabila mereka membari cinta, maka cinta itu
diberikan dengan syarat-syarat dan kewajiban-kewajiban yang bersifat timbal
balik. Cinta dari orang yang sehat adalah tanpa syarat, tidak melumpuhkan, atau
mengikat. Perasaan terharu, tipe kehangatan yang kedua adalah suatu pemahaman
tentang kondisi dasar manusia dan perasaan kekeluargaan dengan semua bangsa.
Orang yang sehat memiliki kapasitas untuk memahami kesakitan-kesakitan,
penderitaan-penderitaan, ketakutan-ketakutan, dan kegagalan-kegagalan yang
merupakan cirri kehidupan manusia. Empati ini timbul melalui “perluasan
imajinatif” dan perasaan orang sendiri terhadap kemanusiaan pada umumnya. Sebagai
hasil dari kapasitas perasaan terharu, kepribadian yang matang sabar terhadap
tingkah laku orang-orang lain dan tidak mengadili atau menghukumnya. Orang yang
sehat menerima kelemahan-kelemahan manusia, dan mengetahui bahwa dia memiliki
kelemahan-kelemahan yang sama. Akan tetapi, orang yang neurotis tidak sabar dan
tidak mampu memahami sifat universal dari pengalaman-pengalaman dasar manusia.
3. Keamanan
Emosional
Kepribadian-kepribadian
yang sehat juga mampu menerima emosi-emosi manusia. Kepribadian-kepribadian
yang sehat mengontrol emosi-emosi mereka, sehingga emosi-emosi ini tidak
mengganggu aktivitas-aktivitas antarpribadi, emosi-emosi diarahkan kembali ke
dalam saluran-saluran yang lebih konstruktif. Akan tetapi orang-orang yang
neurotis menyerah pada emosi apa saja yang dominant pada saat itu, berkali-kali
memperlihatkan kemarahan atau kebencian. Kualitas lain dari keamanan emosional
ialah apa yang disebut Allport “sabar terhadap kekecewaan”. Orang-orang yang
sehat sabar menghadapi kemunduran-kemunduran, tidak menyerah diri kepada
kekecewaan, tetapi mampu memikiran cara-cara yang berbeda, yang kurang
menimbulkan kekecewaan untuk mencapai tujuan-tujuan yang sama atau
tujuan-tujuan substitusi.
4. Persepsi
Realistis
Orang-orang
yang sehat memandang dunia mereka secara objektif. Sebaliknya, orang-orang yang
neurotis kerapkali harus mengubah realitas supaya membuatnya sesuai dengan
keinginan-keinginan, kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan-ketakutan mereka
sendiri. Orang-orang yang sehat tidak perlu percaya bahwa orang-orang
lain atau situasi-situasi semuanya jahat atau semuanya baik menurut suatu
prasangka pribadi terhadap realitas. Mereka menerima realitas sebagaimana
adanya.
5. Keterampilan-keterampilan
dan Tugas-tugas
Keberhasilan
dalam pekerjaan menunjukkan perkembangan keterampilan-keterampilan dan
bakat-bakat tertentu, suatu tingkat kemampuan. Kita harus menggunakan
keterampilan-keterampilan itu secara ikhlas, antusias, melibatkan dan
menempatkan diri sepenuhnya dalam pekerjaan kita. Allport mengemukakan bahwa
ada kemungkinan orang-orang yang memiliki keterampilan-keterampilan menjadi
neurotis, akan tetapi tidak mungkin menemukan orang-orang yang sehat dan matang
yang tidak mengarahkan keterampilan mereka pada pekerjaan mereka. Allport
mengutip apa yang dikatakan Harvey Cushing, ahli badah otak yang terkenal,
“satu-satunya cara untuk melangsungkan kehidupan adalah menyelesaikan suatu
tugas”. Pekerjaan dan tanggung jawab memberikan arti dan perasaan kontinuitis
untuk hidup. Tidak mungkin mencapai kematangan dan kesehatan psikologis yang
positif tanpa melakukan pekerjaan yang penting melakukannya dengan dedikasi,
komotmen, dan keterampilan-keterampilan.
6. Pemahaman
Diri
Kepribadian
yang sehat mencapai suatu tingkat pemahaman diri yang lebih tinggi daripada
orang-orang yang neurotis. Orang yang sehat terbuka pada pendapat orang-orang
lain dalam merumuskan suatu gambaran diri yang objektif. Orang yang memilii
suatu tingkat pemahaman diri (self objectification) yang tinggi atau
wawasan diri tidak mungkin memproyeksikan kualitas-kualitas pribadinya yang
negatif kepada orang lain. Allport juga mengemukakan bahwa orang yang memiliki
wawasan diri yang lebih baik adalah lebih cerdas daripada orang yang memiliki
wawasan diri yang kurang.
7. Filsafah
Hidup yang Mempersatukan
Bagi
Allport rupanya mustahil memiliki suatu kepribadian yang sehat tanpa
aspirasi-aspirasi dan arah ke masa depan. Allport menekankan bahwa nilai-nilai
(bersama dengan tujuan-tujuan) adalah sangat penting bagi perkembangan suatu filsafat
hidup yang mempersatukan. Memiliki nilai-nilai yang kuat, jelas memisahkan
orang yag sehat dari orang yang neurotis. Orang yang neurotis tidak memiliki
nilai-nilai atau hanya memiliki nilai-nilai yang terpecah-pecah dan bersifat
sementara sehingga tidak cukup kuat untuk mengikat atau mempersatukan semua
segi kehidupan. Suara hati juga ikut berperan dalam suatu filsafat hidup yang
mempersatukan. Suara hati yang tidak matang atau neurotis sama seperti suara
hati kanak-kanak, yang patuh, membudak, penuh dengan pembatasan-pembatasan dan
larangan-larangan yang dibawa dari masa kanak-kanak ke dalam masa dewasa.
Sedangkan suara hati yang matang adalah suatu perasaan kewajiban dan tangggung
jawab kepada diri sendiri dan orang lain.
2. Rogers
· a. Perkembangan Kepribadian Self Menurut Rogers
Dalam
masa kecil, anak mulai membedakan, atau memisahkan salah satu segi
pengalamannya dari semua yang lain-lainnya. Segi ini adalah diri dan itu
digambarkan dengan bertambahnya kata “aku” dan “kepunyaanku”. Anak itu
mengembangkan kemampuan untuk membedakan antara apa yang manjadi milik atau
bagian dari dirinya dan semua benda lain yang dilihat, didengar, diraba, dan
diciumnya ketika dia mulai membentuk suatu lukisan dan gambaran tentang siapa
dia. Dengan kata lain, anak itu mengembangkan suatu “pengertian diri” (self
concept).
Sebagai
bagian dari self concept, anak itu juga menggambarkan dia akan
menjadi siapa atau mungkin ingin menjadi siapa. Gambaran-gambaran itu dibentuk
sebagai suatu akibat dari bertambah kompleksnya interaksi-interaksi dengan
orang-orang lain. Dengan mengamati reaksi dari orang-orang lain terhadap
tingkah lakunya sendiri, anak itu secara ideal mengembangkan suatu pola
gambaran-gambaran diri yang konsisten, suatu keseluruhan yang terintegrasi
dimana kemungkinan adanya beberapa ketidakharmonisan antara diri sebagaimana
adanya dan diri sebagaimana yang mungkin diinginkannya untuk menjadi
diperkecil. Dalam individu yang sehat dan yang mengaktualisasikan diri
muncullah suatu pola yang berkaitan. Situasi itu berbeda untuk seorang individu
yang mendapat gangguan emosional.
c.
Peranan Positif Regard dalam Kepribadian
Individu Menurut Rogers
Positive regard,
suatu kebutuhan yang memaksa dan merembes, dimiliki semua manusia; setiap anak
terdorong untuk mencari positive regard. Akan tetapi tidak setiap
anak akan menemukan kepuasan yang cukup akan kebutuhan ini. Anak puas kalau dia
menerima kasih sayang, cinta, dan persetujuan dari orang-orang lain, tetapi dia
kecewa kalau dia menerima celaan dan kurang mendapat cinta dan kasih sayang.
Apakah anak itu kemudian akan tumbuh menjadi suatu kepribadian yang sehat
tergantung pada sejauh manakah kebutuhan akan positive regard ini
dipuaskan dengan baik.
Ciri-ciri Orang yang
Berfungsi Sepenuhnya:
1)
Keterbukaan pada Pengalaman
Keterbukaan pada pengalaman adalah lawan dari
sikap defensif. Setiap pendirian dan perasaan yang berasal dari dalam dan dari luar
disampaikan ke system saraf organisme tanpa distorsi atau rintangan.
Orang yang demikian mengetahui segala sesuatu
tentang kodratnya; tidak ada segi kepribadian tertutup. Kepribadian adalah
fleksibel, tidak hanya mau menerima pengalaman-pengalaman yang diberikan oleh
kehidupan, tetapi juga dapat menggunakannya dalam membuka kesempatan-kesempatan
persepsidan ungkapan baru. Sebaliknya, kepribadian orang yang defensif, yang
beroperasi menurut syarat-syarat penghargaan adalah statis, bersembunyi di
belakang peranan-peranan, tidak dapat menerima atau bahkan mengetahui
pengalaman-pengalaman tertentu.
Orang yang berfungsi sepenuhnya dapat
dikatakan lebih “emosional” dalam pengertian bahwa dia mengalami banyak emosi
yang bersifat positif dan negatif (misalnya, baik kegembiraan maupun kesusahan)
dan mengalami emosi-emosi itu lebih kuat daripada orang yang defensif.
2)
Kehidupan Eksistensial
Orang yang berfungsi sepenuhnya, hidup
sepenuhnya dalam setiap momen kehidupan, karena orang yang sehat terbuka kepada
semua pengalaman, maka diri atau kepribadian terus-menerus dipengaruhi atau
disegarkan oleh tiap pengalaman, akan tetapi orang yang defensif harus mengubah
suatu pengalaman baru untuk membuatnya harmonis dengan diri; dia memiliki suatu
struktur diri yang berprasangka dimana semua pengalaman harus cocok dengannya. Rogers percaya
bahwa kualitas dari kehidupan eksistensial ini merupakan segi yang sangat
esensial dari kepribadian yang sehat. Kepribadian terbuka kepada segala sesuatu
yang terjadi pada momen itu dan dia menemukan dalam setiap pengalaman suatu
struktur yang dapat berubah dengan mudah sebagai respons atas pengalaman momen
yang berikutnya.
3)
Kepercayaan Terhadap Organisme Orang Sendiri
Prinsip ini mungkin paling baik dipahami
dengan menunjuk kepada pengalaman Rogers sendiri. Dia menulis
“apabila suatu aktivitas terasa seakan-akan berharga atau perlu dilakukan, maka
aktivitas itu perlu dilakukan. Dengan kata lain saya telah belajar bahwa
seluruh perasaan organismik saya terhadap suatu situasi lebih dapat dipercaya
daripada pikiran saya?”.
Dengan kata lain, bertingkah laku menurut apa
yang dirasa benar, merupakan pedoman yang sangat dapat diandalkan dalam
memutuskan suatu tindakan, lebih dapat diandalkan daripada faktor-faktor
rasional atau intelektual. Karena seluruh kepribadian mengambil bagian dalam
proses membuat keputusan, maka orang-orang yang sehat percaya akan keputusan
mereka, seperti mereka percaya akan diri mereka sendiri. Sebaliknya orang-orang
yang defensif membuat keputusan-keputusan menurut larangan-larangan yang
membimbing tingkah lakunya.
4)
Perasaan Bebas
Rogers percaya bahwa semakin seseorang
sehat secara psikologis, semakin juga ia mengalami kebebasan untuk memilih dan
bertindak. Orang yang sehat dapat memilih dengan bebas tanpa adanya
paksaan-paksaan atau rintangan-rintangan antara alternatif pikiran dan
tindakan, dan juga memiliki perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan
dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya, tidak diatur oleh tingkah
laku, keadaan, atau peristiwa-peristiwa masa lampau, karena merasa bebas dan
berkuasa maka orang yang sehat melihat sangat banyak pilihan dalam kehidupan
dan merasa mampu melakukan apa saja yang mungkin ingin dilakukannya. Orang yang
defensif tidak memiliki perasaan-perasaan bebas. Orang ini dapat memutuskan
untuk bertingkah laku dengan cara tertentu, namun tidak dapat mewujudkan
pilihan bebas itu ke dalam tingkah laku yang aktual.
5)
Kreativitas
Semua orang yang berfungsi sepenuhnya sangat
kreatif. Orang yang kreatif kerpakali benar-benar menyesuaikan diri dengan
tuntutan-tuntutan dari situasi khusus apabila konformitas yang demikian itu
akan membantu memuaskan kebutuhan merka dan memungkinkan mereka mengmbangkan
diri mereka sampai ke tingkat paling penuh. Orang yang defensif, yang kurang
merasa bebas, yang tertutup terhadap banyak pengalaman, dan yang hidup dalam
garis-garis pedoman yang telah dikodratkan adalah tidak kreatif dan tidak
spontan. Rogers percaya bahwa orang-orang yang berfungsi sepenuhnya lebih
mampu menyesuaikan diri dan bertahan terhadap perubahan-perubahan yang drastis
dalam kondisi-kondisi lingkungan. Mereka memiliki kreativitas dan spontanitas
untuk menanggulangi perubahan-perubahan traumatis seklipun seperti dalam
pertempuran atau bencana-bencana alamiah.
3. Pendapat
Abraham Maslow
Tujuan
yang menantang dari Maslow adalah mempelajari beberapa banyak potensi yang kita
miliki untuk perkembangan dan pengungkapan manusia yang penuh. Dalam pandangan
Maslow, semua manusia memiliki perjuangan atau kecenderungan yang dibawa sejak
lahir untuk mengaktualisasi diri. Maslow menulis tentang manusia yang sehat
secara psikiatris: “Pertama dan yang paling penting adalah keyakinan yang kuat
bahwa manusia memiliki kodratnya sendiri yang hakiki. Kedua, terkandung suatu
konsepsi bahwa perkembangan yang benar-benar sehat, normal dan yang
dicita-citakan terjadi dalam bentuk mengaktualisasikan kodrat ini, memenuhi
potensi-potensi ini.” Individu yang sehat adalah individu yang berhasil
mengembangkan cintanya, bukan lagi diarahkan kedalam diri sendiri, tetapi bisa
diperluas pada orang-orang lain. Individu yang sehat melihat pertumbuhan dan
perkembangan orang lain menjadi sama pentingnya pertumbuhan dan perkembangan
diri sendiri. Maslow menempatkan rasa tanggung jawab pada orang lain melalui
hierarki kebutuhannya, terutama pada kebutuhan untuk mencintai dan dicintai
serta kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan. Maslow juga mengatakan bahwa
pertumbuhan psikologis akan menghasilkan kesehatan psikologis, sedangkan orang
yang gagal bertumbuh dengan sendirinya akan mengalami gejala patologi baik
mental maupun fisik.
4. Pendapat
Erick Fromm
Fromm
adalah ahli teori pertama yang dibicarakan sampai sekarang yang menyamakan kesehatan
psikologi dan kesehatan mental dengan kebahagiaan. Kebahagiaan merupakan suatu
bagian integral dari kepribadian sehat, bukan suatu hasil sampingan yang
terjadi kebetulan. Kebahagiaan merupakan hasil dari kehidupan produktif dan
membantu serta memajukan juga tingkat-tingkat prouktifitas yang lebih tinggi.
Kebahagiaan sungguh-sungguh merupakan suatu bagian dari kehidupan sehat,
sehingga dapat diambil sebagai bukti dari tingkat kesehatan psikologis yang
telah dicapai seseorang. Fromm mengembangkan dan memperhalus teorinya sendiri
tentang kepribadian. Sistemnya menggambarkan kepribadian sebagai yang
ditentukan oleh kekuatan-kekuatan sosial yang mempengaruhi individu dalam masa
kanak-kanak dan juga kekuatan-kekuatan sosial yang mempengaruhi individu dalam
masa kanak-kanak dan juga kekuatan-kekuatan historis yang telah mempengaruhi
perkembangan spesies manusia. Fromm mengemukakan 5 kebutuhan yang berasal dari
dikotomi kebebasan dan kemanan, yaitu:
1.
Hubungan
2.
Transdensi
3.
Berakar
4.
Perasaan Identitas
5.
Kerangka Orientasi
-Daftar
Pustaka-
2. Schultz, D. (1991). Psikologi
Pertumbuhan. Yogyakarta: KANISUS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar