Kesehatan
Mental
Penyesuaian Diri dan Pertumbuhan
A.
Pengertian Penyesuaian Diri dan Pertumbuhan
Penyesuaian
diri merupakan suatu proses dinamik yang hampir selalu membutuhkan perubahan
dan adaptasi, dan dengan demikian semakin tetap dan tidak merubah respon –
respon itu, maka semakin sulit juga menangani tuntutan-tuntutan yang berubah.
Kenyataan ini menjelaskan pengaruh-pengaruh yang menghancurkan kepribadian
seseorang. Orang yang mengalami depresi karena sering kali merasa sulit
menyesuaikan diri dengan pola tingkah laku yang di perlukan.
Penyesuaian
diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment atau
personal adjustment. Schneiders berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat
ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu penyesuaian diri sebagai adaptasi
(adaptation), penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity),
dan penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery). Pada
mulanya penyesuaian diri di artikan sama dengan adaptasi
(adaptation), padahal adaptasi ini pada umumnya lebih mengarah pada penyesuaian
diri dalam arti fisik, fisiologis, atau biologis. Penyesuaian diri yang
dilakukan oleh seseorang akan berdampak juga pada pertumbuhan personalnya. Jika
seseorang dapat menyesuaikan diri dengan baik di lingkungan sekitarnya apalagi
di lingkungan baru, maka pertumbuhan personalnya juga akan mengalami
peningkatan. Sekarang, apa itu pertumbuhan personal? Pertumbuhan adalah
proses yang mencakup pertambahan dalam jumlah dan ukuran, keluasan dan
kedalaman. Prof. Gessel mengatakan, bahwa pertumbuhan pribadi manusia adalah
proses yang terus-menerus. Semua pertumbuhan terjadi berdasarkan pertumbuhan
yang terjadi sebelumnya. Apakah
perbedaan antara adaptasi dan penyesuaian diri? Adaptasi itu
artinya adalah individu melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan, contohnya
adalah apabila seorang individu merasa udara disekitar nya dingin maka individu
itu segera memakai pakaian yang tebal dan meminum atau memakan makanan yang
hangat-hangat.
Lalu
apabila Penyesuaian itu sebagai mengubah lingkungan agar lebih sesuai
dengan diri individu., contohnya apabila individu merasa kedinginan secara otomatis
individu itu menyalakan api atau penghangat ruangan untuk mengahngatkan
badannya.
Namun
Penyesuaian diri disini adalah meliputi penyesuaian diri baik dalam adaptation
dan adjusment. artinya individu mampu menyesuaikan diri dengan baik, secara
normal dan ideal nya mampu menggunakan kedua mekanisme penyesuaian diri
tersebut secara fleksibel tergantung pada suasana dan situasinya. Apabila
individu itu hanya dapat menggunakan salah satu dari kedua mekanisme tersebut
berarti individu itu di anggap kaku dan dominan.
Ada
beberapa ciri penyesuaian diri yang efektif, seperti :
1. Memiliki
Persepsi yang Akurat terhadap Realita
2. Memiliki
Kemampuan untuk Beradaptasi dengan Tekanan atau Stres dan juga Kecemasan
3. Mempunyai
Gambaran Diri yang Positif tentang dirinya
4. Memiliki
Kemampuan untuk Mengekspresikan Perasaannya
5. Mempunyai
kemapuan Relasi Interpersonal yang baik
Individu
yang memiliki serta memenuhi ciri-ciri tersebut dapat digolongkan sebagai
individu yang memiliki kesehatan mental yang positif.
B. Aspek-aspek
Penyesuaian Diri
Pada dasarnya penyesuaian diri memiliki
dua aspek yaitu: penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial. Untuk lebih
jelasnya kedua aspek tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
1. Penyesuaian Pribadi
Penyesuaian pribadi
adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercapai
hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Ia
menyadari sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya
dan mampu bertindak obyektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut.
Keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai dengan tidak adanya rasa benci, lari
dari kenyataan atau tanggungjawab, dongkol. kecewa, atau tidak percaya
pada kondisi dirinya. Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan tidak adanya
kegoncangan atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa tidak
puas, rasa kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya. Sebaliknya
kegagalan penyesuaian pribadi ditandai dengan keguncangan emosi, kecemasan, ketidakpuasan
dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya, sebagai akibat adanya gap antara
individu dengan tuntutan yang diharapkan oleh lingkungan. Gap inilah yang
menjadi sumber terjadinya konflik yang kemudian terwujud dalam rasa takut dan
kecemasan, sehingga untuk meredakannya individu harus melakukan penyesuaian
diri.
2. Penyesuaian Sosial
Setiap individu hidup
di dalam masyarakat. Di dalam masyarakat tersebut terdapat proses saling
mempengaruhi satu sama lain silih berganti. Dari proses tersebut timbul suatu
pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai dengan sejumlah aturan, hukum, adat dan
nilai-nilai yang mereka patuhi, demi untuk mencapai penyelesaian bagi
persoalan-persoalan hidup sehari-hari. Dalam bidang ilmu psikologi
sosial, proses ini dikenal dengan proses penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial
terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi
dengan orang lain. Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubungan dengan
masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau
masyarakat luas secara umum. Dalam hal ini individu dan masyarakat sebenarnya
sama-sama memberikan dampak bagi komunitas. Individu menyerap berbagai
informasi, budaya dan adat istiadat yang ada, sementara komunitas
(masyarakat) diperkaya oleh eksistensi atau karya yang diberikan oleh sang
individu. Apa yang diserap atau dipelajari individu dalam poroses interaksi
dengan masyarakat masih belum cukup untuk menyempurnakan penyesuaian sosial
yang memungkinkan individu untuk mencapai penyesuaian pribadi dan sosial dengan
cukup baik. Proses berikutnya yang harus dilakukan individu dalam penyesuaian
sosial adalah kemauan untuk mematuhi norma-norma dan peraturan sosial
kemasyarakatan. Setiap masyarakat biasanya memiliki aturan yang tersusun dengan
sejumlah ketentuan dan norma atau nilai-nilai tertentu yang mengatur hubungan
individu dengan kelompok. Dalam proses penyesuaian sosial individu mulai
berkenalan dengan kaidah-kaidah dan peraturan-peraturan tersebut lalu
mematuhinya sehingga menjadi bagian dari pembentukan jiwa sosial pada dirinya
dan menjadi pola tingkah laku kelompok. Kedua hal tersebut merupakan proses
pertumbuhan kemampuan individu dalam rangka penyesuaian sosial untuk menahan
dan mengendalikan diri. Pertumbuhan kemampuan ketika mengalami proses
penyesuaian sosial, berfungsi seperti pengawas yang mengatur kehidupan sosial
dan kejiwaan. Boleh jadi hal inilah yang dikatakan Freud sebagai hati
nurani (super ego), yang berusaha mengendalikan kehidupan individu
dari segi penerimaan dan kerelaannya terhadap beberapa pola perilaku yang
disukai dan diterima oleh masyarakat, serta menolak dan menjauhi hal-hal yang
tidak diterima oleh masyarakat.
C.
Pembentukan Penyesuaian Diri
Banyak faktor yang mempegaruhi
penyesuaian diri, ada dari faktor lingkungan keluarga dan lingkungan teman
sebaya.
1. Lingkungan
Keluarga
Lingkungan
keluarga merupakan lahan untuk mengembangkan berbagai kemampuan, yang
dipelajari dalam berbagai hal seperti melalu bermain, sandiwara, interaksi
dengan anggota keluarga, dan pengalaman-pengalaman didalam keluarga. Oleh sebab
itu, orangtua sebaiknya jangan menghadapkan individu pada hal-hal yang tidak
dimengerti. Keluarga juga merupakan wadah pembentukan karakter individu,
penyesuaian diri juga termasuk di dalamnya.
2. Lingkungan
Teman Sebaya
Sama
seperti lingkungan keluarga, lingkungan teman sebaya juga merupakan lingkungan
yang sangat menentukan individu dalam melakukan dan mengembangkan penyesuaian
diri. Bila seorang anak dapat dengan mudah menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan teman bermainnya, itu merupakan salah satu alasan bahwa
sebenarnya kesehatan mental individu tersebut baik dan sehat
B.
Pertumbuhan Personal
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis
sebagai hasil dari proses-proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang
berlangsung secara normal yang sehat pada waktu yang normal. Proff Gessel
mengatakan bahwa pertumbuhan pribadi manusia berlangsung secara terus-menerus.
1. Proses Pertumbuhan Individu secara fisik
Dari bayi hingga tua
kita sebagai manusia normal mengalami pertumbuhan secara terus menerus.
Penyesuaian diri dengan lingkungan nya pun terus berkembang.
2. Variasi dalam Pertumbuhan
Dalam variasi
pertumbuhan memang sangat beragam. Tidak semua individu berhasil dalam
melakukan penyesuaian diri berdasarkan tingkatan usia, pertumbuhan fisik,
maupun sosial nya. Mengapa? karena terkadang terdapat rintangan-rintangan yang
menyebabkan ketidakberhasilan individu dalam melakukan penyesuaian, baik
rintangan itu dari dalam diri atau dari luar diri.
3. Kondisi-Kondisi untuk Bertumbuh
Kondisi jasmani
seperti pembawa atau konstitusi fisik dan tempramen sebagai disposisi
yang diwariskan, aspek perkembangannya secara intrinsik berkaitan erat dengan
susunan atau konstitusi tubuh, kondisi jasmani dan kondisi pertumbuhan fisik memang
sangat mempengaruhi bagaimana individu dapat menyesuaikan diri nya. Carl Roger
(1961) menyebutkan 3 aspek yang memfasilitasi pertumbuhan personal dalam suatu
hubungan:
a. Keikhlasan
kemampuan untuk menyadari perasaan sendiri, atau menyadari kenyataan.
b. Menghormati
keterpisahan dari orang lain tanpa kecuali, dan
c. Keinginan
yang terus menerus untuk memahami atau berempati terhadap orang lain.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan personal :
a. Faktor
biologis
Karakteristik anggota
tubuh yang berbeda setiap orang, kepribadian, atau warisan biologis yang sangat
kental.
b. Faktor
geografis
Faktor lingkungan yang
dapat mempengaruhi kepribadian seseorangdan nantinya akan menentukan baik atau
tidaknya pertumbuhan personal seseorang.
c. Faktor
budaya
Tidak di pungkiri kebudayaan juga
berpengaruh penting dalam kepribadian seseorang, tetapi bukan berarti setiap
orang dengan kebudayaan yang sama memiliki kepribadian yang sama juga.
Selain
itu, ada satu hal yang tidak kalah penting berkaitan dengan penyesuaian diri
dan pertumbuhan personal adalah komunikasi. Dengan kemampuan komunikasi yang
baik maka penyesuaian diri dan pertumbuhan personal seseorang juga akan
berjalan baik.
Sumber
:
·
Semium, Yustinus.2006.Kesehatan Mental
1.kanisius:Jakarta
·
Schuler, E. Definition and
Conceptualization of Stress in Organizations, Thousand Oaks: Sage, 2002
·
Fatimah, N. (2006). Psikologi
perkembangan. Bandung : Pusaka Setia.
·
Ali, M. & Asrori, M.
(2005). Psikologi remaja perkembangan peserta didik. Jakarta : PT
Bumi Aksar
Stress
A.
Pengertian
stress
Pengertian
stress
secara harfiah adalah keras. Kata stress berasal dari bahasa latin yakni
Stingere yang mengalami modifikasi berkelanjutan dari straise, strest, stresce
dan kemudian stress. Di abad ke-17, kata stress diartikan sebagai sebuah
kesukaran, kesusahan, kesulitan dan atau penderitaan. Akan tetapi, menariknya
pada abad ke-18 kata stress beralih pada pemaknaan yang menunjukkan kekuatan,
tekanan, ketegangan, ataukah usaha yang berpusat pada suatu benda dan juga
(kekuatan mental) manusia. Arti
penting stress:
·
Pendapat Selye tersebut merangkum
pendapat lain yang mengatakan bahwa stress pada hakekatnya merupakan stimulus
dimana setiap peristiwa atau kejadian dalam kehidupan menimbulkan respon yang
lebih berpotensi menekan emosional yang berujung pada menurunnya kesehatan
tubuh.
B.
Faktor-faktor individual &
sosial penyebab stres:
1. Faktor pribadi
Stres juga dapat
dihasilkan sendiri. Internal penyebab stres mencakup sikap pesimis, harga diri
yang rendah, kemarahan yang berlebihan atau tersembunyi, kurangnya ketegasan,
harapan yang tidak realistis dari orang lain dan Self-kritik. Faktor-faktor
pribadi terdiri dari masalah keluarga,
masalah ekonomi pribadi, sertakepribadian dan karakter yang melekat dalam diri
seseorang. Survei nasional secara konsisten menunjukkan bahwa orang sangat
mementingkan hubungan keluarga dan pribadi. berbagai kesulitan dalam hidup
perkawinan, retaknya hubungan, dan kesulitan masalah disiplin dengan anak-anak
adalah beberapa contoh masalah hubungan yang menciptakan stres. Masalah ekonomi
karena pola hidup yang lebih besar pasak daripada tiang adalah kendala pribadi
lain yang menciptakan stres bagi karyawan dan mengganggu konsentrasi kerja
karyawan. Studi terhadap tiga organisasi yang berbeda menunjukkan bahwa
gejala-gejala stres yang dilaporkan sebelum memulai pekerjaan sebagian besar
merupakan varians dari berbagai gejala stres yang dilaporkan sembilan bulan
kemudian. Hal ini membawa para peneliti pada kesimpulan bahwa
sebagian orang memiliki kecenderungan kecenderungan inheren untuk
mengaksentuasi aspek-aspek negatif dunia secara umum. Jika
kesimpulan ini benar, faktor individual yang secara signifikan memengaruhi
stres adalah sifat dasar seseorang. Artinya, gejala stres yang
diekspresikan pada pekerjaan bisa jadi sebenarnya berasal dari kepribadian
orang itu.
Menurut Hans Selya
membagi stress membagi stress dalam 3 tingkatan:
1. Eustress
adalah respon stress ringan yang menimbulkan rasa bahagia, senang, menantang,
dan menggairahkan. Dalam hal ini tekanan yang terjadi bersifat positif,
misalnya lulus dari ujian, atau kondisi menghadapi suatu perkawinan.
2. Distress
merupakan respon stress yang buruk dan menyakitkan sehingga tak mampu lagi
diatasi.
3. Optimal
stress atau Neustress adalah stress yang berada antara eustress dan distres,
merupakan respon stress yang menekan namun masih seimbang untuk menghadapi
masalah dan memacu untuk lebih bergairah, berprestasi, meningkatkan
produktivitas kerja dan berani bersaing.
2. Faktor lingkungan
Selain memengaruhi
desain struktur sebuah organisasi ketidakpastian lingkungan juga memengaruhi
tingkat stres para karyawan dan organisasi. Perubahan dalam siklus bisnis
menciptakan ketidakpastian ekonomi, misalnya, ketika kelangsungan pekerjaan
terancam maka seseorang mulai khawatir ekonomi akan memburuk Sebuah lingkungan
yang tidak aman, polusi, kebisingan, dan kondisi kehidupan tidak nyaman dapat
menghasilkan situasi stres (respon penerbangan) hormon dan bahan kimia tetap
dirilis di aliran darah untuk jangka waktu yang panjang. Ini hasil dalam gejala
stres fisik terkait seperti otot tegang, kecemasan tidak fokus, pusing dan
tingkat peningkatan nadi. Bagi orang-orang yang tinggal di daerah yang dilanda
perang, stres mungkin tak henti-hentinya.
1.
Hubungan menuntut kesehatan mental.
Masalah dengan teman dan anggota keluarga adalah penyebab stres yang valid.
Perselisihan perkawinan, hubungan disfungsional, remaja pemberontak, atau
merawat anggota keluarga yang sakit kronis-atau anak dengan kebutuhan khusus
memaksa pikiran dan tubuh berada di hampir konstan alarm-negara dalam persiapan
untuk melawan atau melarikan diri. Hal ini juga dapat meningkatkan risiko
penyakit psikosomatis akut dan kronis dan melemahkan sistem kekebalan tubuh
manusia.
2. Tekanan
di tempat kerja Dalam karir-didorong kerja masyarakat kita dapat menjadi sumber
stres. Stres kerja disebabkan oleh hal-hal seperti ketidakpuasan kerja, cukup membayar,
politik kantor, tenggat waktu pertemuan, dan konflik dengan rekan kerja.
Faktor-faktor ini dapat memicu kondisi stres.
3. Situasi
sosial dapat menyebabkan stres. Kemiskinan, tekanan keuangan, ras dan
diskriminasi seksual atau pelecehan, isolasi, dan kurangnya dukungan sosial
yang merugikan semua perasaan diinduksi dan kecemasan.
C. Efek – Efek Stress Menurut Hans Selye:
Menurut Hans Selye, ahli
endokrinologi terkenal di awal 1930, tidak semua jenis stres yang merugikan,
dengan demikian, ia datang dengan eustress dan kesusahan. Kita semua
melakukan menjalani ringan, saat-saat singkat dan dikendalikan dari ketegangan
saraf yang dianggap umum, dan bertindak sebagai rangsangan positif terhadap
pertumbuhan seseorang intelektual dan emosional. Selye disebut eustress ini. Ia
didefinisikan distres menjadi sesuatu yang sebaliknya dan ditandai dengan
tekanan fisik dan psikologis yang parah yang mengganggu kesehatan umum. Efek
fisiologis dari stres pada tubuh meliputi:
o
Nyeri dada
o
Insomnia atau tidur masalah
o
Nyeri kepala Konstan
o
Hipertensi
o
Tukak
Stres
dikatakan menjadi sebuah faktor penunjang untuk produksi suatu penyakit
tertentu, atau mungkin menjadi penyebab respon perilaku negatif, seperti
merokok, minum alkohol dan penyalahgunaan narkoba yang semuanya dapat membuat
kita rentan terhadap penyakit. Hal buruk dapat mempengaruhi sistem kekebalan
tubuh, sehingga menyebabkan tubuh kita menjadi kurang tahan terhadap sejumlah
masalah kesehatan. Pertikaian atau permasalahan yang biasa terjadi setiap hari,
seperti masalah dalam pekerjaan dan rutinitas pekerjaan.
Ada beberapa jenis-jenis atau tipe-tipe stressor
psikologis (dirangkum dari folkman, 1984; Coleman,dkk,1984 serta Rice, 1992)
yaitu:
1. Tekanan
(pressures)
Tekanan terjadi karena
adanya suatu tuntutan untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu maupun
tuntutan tingkah laku tertentuSecara umum tekanan mendorong individu untuk
meningkatkan performa, mengintensifkan usaha atau mengubah sasaran tingkah
laku. Tekanan sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan memiliki bentuk yang berbeda-beda pada
setiap individu. Tekanan dalam beberapa kasus tertentu dapat menghabiskan
sumber-sumber daya yang dimiliki dalam proses pencapaian sasarannya, bahkan
bila berlebihan dapat mengarah pada perilaku maladaptive. Tekanan dapat berasal
dari sumber internal atau eksternal atau kombinasi dari keduanya.Tekanan
internal misalnya adalah sistem nilai, self esteem, konsep diri dan komitmen
personal. Tekanan eksternal misalnya berupa tekanan waktu atau peranyang harus
dijalani seseorang, atau juga dpat berupa kompetisi dalam kehidupan sehari-hari
di masyarakat antara lain dalam pekerjaan, sekolah dan mendapatkan pasangan
hidup.
2. Frustasi
Frustasi dapat terjadi
apabila usaha individu untuk mencapai sasaran tertentu mendapat hambatan atau
hilangnya kesempatan dalam mendapatkan hasil yang diinginkan. Frustasi juga
dapat diartikan sebagai efek psikologis terhadap situasi yang mengancam,
seperti misalnya timbul reaksi marah, penolakan
maupun depresi.
3. Konflik
Konflik terjadi ketika
individu berada dalam tekanan dan merespon langsung terhadap dua atau lebih
dorongan, juga munculnya dua kebutuhan maupun motif yang berbeda dalam waktu
bersamaan. Ada 3 jenis konflik yaitu:
a. Approach
– approach conflict, terjadi apabila individu harus satu diantara dua
alternatif yang sama-sama disukai, misalnya saja seseorang sulit menentukan
keputusan diantara dua pilihan karir yang sama-sama diinginkan. Stres muncul
akibat hilangnya kesempatan untuk menikmati alternatif yang tidak diambil.
Jenis konflik ini biasanya sangat mudah dan cepat diselesaikan.
b. Avoidence
– avoidence conflict, terjadi bila individu diharapkan pada dua pilihan yang
sama- sama tidak disenangi, misalnya wanita muda yang hamil muda yang hamil
diluar nikah, di satu sisi ia tidak ingin aborsi tapi di sisi lain ia belum
mampu secara mental dan finansial untuk membesarkan anaknya nanti. Konflik
jenis ini lebih sulit diputuskan dan memerlukan lebih banyak tenaga dan waktu
untuk menyelesaikannya karena masing-masing alternatif memilki konsekuensi yang
tidak menyenangkan.
c. Approach
– avoidence conflict, adalah situasi dimana individu merasa tertarik sekaligus
tidak menyukai atau ingin menghindar dari seseorang atau suatu objek yang sama,
misalnya seseorang yang berniat berhenti merokok, karena khawatir merusak
kesehatannya tetapi ia tidak dapat membayangkan sisa hidupnya kelak tanpa rokok
Berdasarkan
pengertian stressor diatas dpat disimpulkan kondisi fisik, lingkungan dan sosial yang menjadi penyebab dari kondisi
stres.
D.
Symptom Reducing Responses terhadap
Stress
Kehidupan akan terus berjalan seiring dengan
brjalannya waktu. Individu yang mengalami stress tidak akan terus menerus
merenungi kegagalan yang ia rasakan. Untuk itu setiap individu memiliki
mekanisme pertahanan diri masing-masing dengan keunikannya masing-masing untuk
mengurangi gejala-gejala stress yang ada.
·
Mekanisme
Pertahanan Diri
Indentifikasi adalah
suatu cara yang digunakan individu untuk mengahadapi orang lain dengan
membuatnya menjadi kepribadiannya, ia ingin serupa dan bersifat sama seperti
orang lain tersebut. Misalnya seorang mahasiswa yang menganggap dosen
pembimbingnya memiliki kepribadian yang menyenangkan, cara bicara yang ramah,
dan sebagainya, maka mahasiswa tersebut akan meniru dan berperilaku seperti
dosennya.
·
Kompensasi
Seorang individu tidak
memperoleh kepuasan dibidang tertentu, tetapi mendapatkan kepuasaan dibidang
lain. Misalnya Andi memiliki nilai yang buruk dalam bidang Matematika, namun
prestasi olahraga yang ia miliki sangat memuaskan.
·
Overcompensation
/ Reaction Formation
Perilaku seseorang yang
gagal mencapai tujuan dan orang tersebut tidak mengakui tujuan pertama tersebut
dengan cara melupakan serta melebih-lebihkan tujuan kedua yang biasanya
berlawanan dengan tujuan pertama. Misalnya seorang anak yang ditegur gurunya
karena mengobrol saat upacara, beraksi dengan menjadi sangat tertib saat
melaksanakan upacara san menghiraukan ajakan teman untuk mengobrol.
·
Sublimasi
Sublimasi adalah suatu
mekanisme sejenis yang memegang peranan positif dalam menyelesaikan suatu
konflik dengan pengembangan kegiatan yang konstruktif. Penggantian objek dalam
bentuk-bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat dan derajatnya lebih tinggi.
Misalnya sifat agresifitas yang disalurkan menjadi petinju atau tukang potong
hewan.
·
Proyeksi
Proyeksi adalah
mekanisme perilaku dengan menempatkan sifat-sifat bain sendiri pada objek
diluar diri atau melemparkan kekurangan diri sendiri pada orang lain. Mutu
Proyeksi lebih rendah daripada rasionalisasi. Contohnya seorang anak tidak
menyukai temannya, namu n ia berkata temannya lah yang tidak menyukainya.
·
Introyeksi
Introyeksi adalah
memasukan dalam diri pribadi dirinya sifat-sifat pribadi orang lain. Misalnya
seorang wanita mencintai seorang pria lalu ia memasukkan pribadi pria tersebut
ke dalam pribadinya.
·
Reaksi Konversi
Secara singkat
mengalihkan koflik ke alat tubuh atau mengembangkan gejala fisik. Misalnya
belum belajar saat menjelang bel masuk ujan, seorang anak wajahnya menjadi
pucat berkeringat.
·
Represi
Represi adalah konflik
pikiran, impuls-impuls yang tidak dapat diterima dengan paksaan ditekan ke
dalam alam tidak sadar dan dengan sengaja melupakan. Misalnya seorang karyawan
yang dengan sengaja melupakan kejadian saat ia di marahi oleh bosnya tadi
siang.
·
Supresi
Supresi yaitu menekan
konflik impuls yang tidak dapat diterima secara sadar. Individu tidak mau
memikirkan hal-hal yang kurang menyenangkan dirinya. Misalnya dengan berkata
"Sebaiknya kita tidak membicarakan hal itu lagii.
·
Denial
Denial adalah mekanisme
perilaku penolakan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan. Misalnay seorang
penderita diabetes memakan semua makanan yang menjadi pantangannya.
·
Regresi
Regresi adalah
mekanisme perilaku seorang yang apabila menghadapi konflik frustasi, ia menarik
diri dari pergaulan. Misalnya artis yang sedang digosipkan selingkuh karena
malu maka ia menarik diri dari perkumpulannya.
·
Fantasi
Fantasi adalah apabila
seseorang menghadapi konflik-frustasi, ia menarik diri dengan
berkhayal/berfantasi, misalnya dengan lamunan. Contoh seorang pria yang tidak
memilki keberanian untuk menyatakan rasa cintanya melamunkan berbagai fantasi
dirinya dengan orang yang ia cintai.
·
Negativisme
Adalah perilaku
seseorang yang selalu bertentangan / menentang otoritas orang lain dengan
perilaku tidak terpuji. Misalkan seorang anak yang menolak perintah gurunya
dengan bolos sekolah.
·
Sikap Mengritik Orang Lain
Bentuk
pertahanan diri untuk menyerang orang lain dengan kritikan-kritikan. perilaku
ini termasuk perilaku agresif yang aktif. Misalkan seorang karyawan yang
berusaha menjatuhkan karyawan lain dengan adu argument saat rapat berlangsung.
E.
Pendekatan Problem Solving terhadap
Stress
Salah satu cara dalam menangani stress yaitu
menggunakan metode biofeddback, tekniknya
adalah mengetahui bagian-bagian tubuh mana yang terkena stress kemudian belajar
untuk menguasainya. Tekhnik ini menggunakan serangkaian alat yang sangat rumit
sebagai Feedback.
Melakukan sugesti untuk diri sendiri juga dapat
lebih efektif karena kita tahu bagaimana keadaan diri kita sendri. Berikan
sugesti-sugesti yang positif, semoga cara ini akan berhasil ditambah dengan
pendekatan secara spiritual (mengarah pada Tuhan).
F.
Strategi Coping untuk Mengatasi
Stress
Menghilangkan stress mekanisme
pertahanan dan penanganan yang berfokus pada masalah. Menurut Lazurus
penanganan stress atau coping terdiri dari dua bentuk, yaitu:
1.
Coping yang berfokus pada masalah (problem focused coping) adalah istilah Lazurus untuk strategi
kognitif untuk penanganan dtress atau coping yang digunakan oleh individu yang
mengahadapi masalahnya dan berusaha menyelesaikannya.
2.
Coping yang berfokus pada emosi (problem focused coping) adalah
isitlah Lazurus untuk strategi penanganan stress diaman individu memberikan
respon terhadad situasi stress dengan cara emosional, terutama dengan
menggunakan penialaian defensif.
Strategi Penanganan stress denagn mendekat dan
menghindar:
1. Strategi
mendekati (approach strategies)
meliputi usaha kognitif untuk memahami penyebab stress dan usaha untuk
mengahadapi penyebab stress tersebut dengan cara mengahadapi penyebabnya atau
konsekuensi yang ditimbulkannya secara langsung.
2. Strategi
menghindar (avoidance strategies)
meliputi usaha kognitif untuk menyangkal atau meminimalisasikan penyebab stress
dan usaha yang muncul dalam tingkah laku, untuk menarik diri atau menghindar
dari penyebab stress.
Sumber