BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
POAC (Planning,
Organizing, Actuating, Controlling) adalah struktur perusahaan yang dibuat guna
mencapai tujuan perusahaan.
1. Perencanaan (Planning) adalah
“keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang daripada hal-hal yang
akan dikerjakan dimasa yang akan dating dalam rangka pencapaian tujuan yang
telah ditentukan” (Siagian, 1997:108)
2. Organisasi (Organizing)
Organisasi adalah suatu kelompok
orang yang memiliki tujuan yang sama. Baik dalam penggunaan sehari-hari maupun
ilmiah, istilah ini digunakan dengan banyak cara. Dalam ilmu-ilmu sosial,
organisasi dipelajari oleh periset dari berbagai bidang ilmu, terutama
sosiologi, ekonomi, ilmu politik, psikologi, dan manajemen. Kajian mengenai
organisasi sering disebut studi organisasi (organizational studies), perilaku
organisasi (organizational behaviour), atau analisa organisasi (organization
analysis).
3. Penggerakkan (Actuating)
Fungsi manajemen yang berhubungan
dengan bagaimana cara menggerakkan kerabat kerja (bawahan) agar bekerja dengan
penuh kesadaran tanpa paksaan. Delegasi :organisasi biasanya mulai
mengembangkan struktur yang didesentralisasi, hal ini dapat mempertinggi
motivasi pada level bawah, namun muncul krisis bahwa pemimpin terus merasa
kehilangan kontrol atas bidang oprasi yang sangat terspesialisasi. Kolaborasi :
menekankan spontanitas tindakan manajemen yang lebih besar melalui tim dan
penyelesaian perbedaan-perbedaan antar pribadi secara tepat. Kontrol sosial dan
pendisiplinan pribadi menggantikan kontrol formal.
4. Pengawasan (Controlling)
Menurut Schermerhorn dalam Ernie dan Saefullah (2005: 317),
mendefinisikan pengawasan merupakan sebagai proses dalam menetapkan ukuran
kinerja dalam pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang
diharapkan sesuai dengan ukuran yang telah ditetapkan tersebut. Sedangkan
menurut Mathis dan Jackson (2006: 303), menyatakan bahwa pengawasan merupakan
sebagai proses pemantauan kinerja karyawan berdasarkan standar untuk mengukur
kinerja, memastikan kualitas atas penilaian kinerja dan pengambilan informasi
yang dapat dijadikan umpan balik pencapaian hasil yang dikomunikasikan ke para
karyawan.
PT Unilever Indonesia Tbk salah
satu perusahaan yang menjalankan POAC Unilever (IDX: UNVR; Euronext: UNA; NYSE:
UN; LSE: ULVR) adalah perusahaan multinasional yang memproduksi barang konsumen
yang bermarkas di Rotterdam, Belanda. Perusahaan ini didirikan tahun 1930.
Perusahaan ini mempekerjakan 206.000 pekerja. Di Indonesia, Unilever bergerak
dalam bidang produksi sabun, deterjen, margarin, minyak sayur dan makanan yang
terbuat dari susu, es krim, makanan dan minuman dari teh, produk-produk
kosmetik, dan produk rumah tanggal.
Unilever Indonesia didirikan pada 5 Desember 1933 sebagai Zeepfabrieken
N.V. Lever. Pada 22 Juli
1980, nama perusahaan diubah menjadi PT Lever Brothers Indonesia
dan pada 30 Juni 1997, nama
perusahaan diubah menjadi PT Unilever
Indonesia Tbk. Unilever Indonesia mendaftarkan 15% dari sahamnya di
Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada tahun 1981.dan mempunyai lebih
dari 1000 supplier.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa tujuan PT Unilever
dalam menjalankan POAC?
2.
Mengapa tujuan tersebut
harus dijalankan?
3.
Dimana POAC tersebut
dijalankan?
5.
Kapan POAC tersebut dijalankan?
6.
Bagaimana POAC didalam perusahaan tersebut berjalan?
C.
Tujuan dan Prinsip
Standar
tertinggi dari perilaku korporat terhadap setiap orang yang bekerja dengan
kami, komunitas yang kami sentuh dan lingkungan yang terdampak dari pekerjaan
kami.
1.
Selalu bekerja dengan
integritas
Beroperasi dengan integritas dan rasa hormat pada
orang-orang, sentuhan bisnis kami pada organisasi dan lingkungan selalu menjadi
pusat dari tanggung jawab corporate kami.
2.
Dampak Positif
Kami bertujuan memberikan dampak positif dengan
berbagai cara: melalui brand kami, melalui kegiatan komersial dan
hubungan kami, melalui kontribusi sukarela, serta berbagai cara lain dimana
kami berhubungan dengan masyarakat.
3.
Komitmen yang berlanjut
Kami juga berkomitmen untuk terus meningkatkan cara
dalam menangani dampak lingkungan dan bekerja dengan tujuan jangka panjang kami
dalam mengembangkan bisnis yang berkelanjutan.
4.
Menjalankan aspirasi kami
Tujuan corporate kami telah memberikan aspirasi
bagi kami untuk mengelola bisnis. Hal ini diperkuat peraturan kami dalam prinsip-prinsip
bisnis yang menjelaskan standar operasional yang diikuti semua karyawan
Unilever, dimanapun mereka berada diseluruh dunia. Aturan ini juga mendukung
pendekatan kami pada pemerintah serta tanggung jawab corporate.
5.
Bekerja dengan yang lain
Kami ingin bekerja dengan para penyedia sumber daya
yang memiliki nilai dan standar yang sama dengan kami dalam bekerja. Peraturan
tentang rekanan bisnis, sejalan dengan peraturan prinsip bisnis kami, terdiri
dari sepuluh prinsip yang meliputi integritas bisnis dan tanggung jawab yang
berhubungan dengan karyawan, konsumen dan lingkungan.
BAB
II
PEMBAHASAN
Pada bab ini kami akan
membahas salah satu perusahaan yang menjalankan POAC yaitu PT. Unilever
Indonesia Tbk. yang
didirikan pada 5 Desember 1933
sebagai Zeepfabrieken N.V. Lever. Pada 22 Juli 1980, nama perusahaan diubah menjadi PT Lever Brothers Indonesia dan pada 30 Juni 1997, nama perusahaan diubah
menjadi PT Unilever Indonesia Tbk.
Unilever Indonesia mendaftarkan 15% dari sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan
Bursa Efek Surabaya pada tahun 1981.dan mempunyai lebih dari 1000 supplier.
Unilever (IDX: UNVR; Euronext: UNA; NYSE:
UN; LSE: ULVR) adalah perusahaan multinasional yang memproduksi barang konsumen
yang bermarkas di Rotterdam, Belanda. Perusahaan ini didirikan tahun 1930.
Perusahaan ini mempekerjakan 206.000 pekerja. Di Indonesia, Unilever bergerak
dalam bidang produksi sabun, deterjen, margarin, minyak sayur dan makanan yang
terbuat dari susu, es krim, makanan dan minuman dari teh, produk-produk
kosmetik, dan produk rumah tanggal.
VISI
Untuk meraih rasa cinta dan penghargaan dari Indonesia
dengan menyentuh kehidupan setiap orang Indonesia setiap harinya.
MISI
1.
Kami
bekerja untuk menciptakan masa depan yang lebih baik setiap hari.
2.
Kami
membantu konsumen merasa nyaman, berpenampilan baik dan lebih menikmati hidup
melalui brand dan layanan yang baik bagi mereka dan orang lain.
3.
Kami
menginspirasi masyarakat untuk melakukan langkah kecil setiap harinya yang bila
digabungkan bisa mewujudkan perubahan besar bagi dunia.
4.
Kami
senantiasa mengembangkan cara baru dalam berbisnis yang memungkinkan kami
tumbuh dua kali lipat sambil mengurangi dampak terhadap lingkungan.
Untuk bagian-bagian POAC yang dijlalankan guna menjalankan dan
mencapai tujuan perusahaan adalah apa saja tujuan perusahaan menjalankan POAC,
mengapa tujuan tersebut harus dijalankan, dimana POAC tersebut dijalankan,
siapa yang menjalankan POAC, kapan POAC dijalankan, dan bagaimana POAC didalam
perusahaan tersebut berjalan. Yang dijabarkan sebagai berikut :
1.
Apa
tujuan PT. Unilever dalam menjalankan POAC ?
Untuk mengembangkan dan mempertahankan sistem, mekanisme dan
praktik yang efektif untuk memastikan bahwa prinsip-prinsip tata kelola
perusahaan yang baik diterapkan dalam setiap aspek bisnis.
2.
Mengapa
tujuan tersebut harus dijalankan ?
Agar Visi dan Misi yang
telah dibuat tercapai dan mengurangi resiko operasional (Kurangnya bahan
mentah), resiko pasar ( Adanya tren pasar yang selalu berubah).
3. Dimana POAC tersebut dijalankan ?
Di lokasi perusahaan yang berada di Jln. Jababeka IX Kavling
D 1-29, Cikarang Industrial Estate, Cikarang, Jawa Barat.
4. Siapa yang menjalankan POAC ?
Perusahaan ini diketuai oleh Presiden Direktur, lalu
dibawahnya ada audit internal,
sekretaris perusahaan, direktur home and
personal care, direktur supply chain,
direktur customer development,
direktur human resource and corporate.
5. Kapan POAC tersebut dijalankan ?
31
Maret 2015/ 31 Desember 2014 dan 1 Januari 2014/ 31 Maret 2015
6. Bagaimana
POAC didalam perusahaan tersebut berjalan?
a.
Sasaran Jangka Panjang
Pembuatan
sasaran jangka panjang ini mengacu kepada strategi induk yang telah ditetapkan
sebelumnya. Sasaran Jangka Panjang Unilever adalah memiliki standar perilaku
yang tinggi pada perusahaan dalam bekerja sama dengan semua orang, masyarakat
dapat tersentuh dan produk yang diciptakan dapat berdampak di lingkungan sekitar
b. Strategi
Fungsional
Sasaran
jangka pendek mengacu pada strategi fungsional yang sifatnya operasional.
Strategi fungsional yang sifatnya lebih operasional ini mengarah kepada
berbagai bidang fungsional dalam perusahaan untuk memperjelas hubungan makna
strategi utama dengan identifikasi rincian yang sifatnya spesifik. Strategi
fungsional ini menjadi penuntun dalam melakukan berbagai aktivitas agar
konsisten bukan hanya dengan strategi utamanya saja, melainkan juga dengan
strategi dibidang fungsional lainnya. Didalam dunia binis, perusahaan harus
mempunyai bidang-bidang fungsional yang utama agar dapat bersaing dengan
pesaing bisnisnya, antara lain :
1) Strategi
Manajemen Keuangan
Strategi
ini harus mampu menentukan arah penggunaan dana baik untuk jangka panjang
maupun jangka pendek. Strategi ini umumnya berkisar pada tiga hal, yaitu
bagaimana perusahaan memperoleh modal, alokasi kapital, dan manajemen modal
kerja termasuk dalam hal pembagian keuntungan.
Unilever
saat ini memang fokus melakukan pertumbuhan organik seperti peningkatan omset
penjualan, laba perusahaan dan menekan struktur biaya. Namun tidak menutup
kemungkinan melakukan pertumbuhan anorganik. Sepanjang kiprahnya di Indonesia,
Unilever telah empat kali mengakuisisi merek. Akuisisi teh celup Sari Wangi
dilakukan tahun 1990, Yoohan (dengan berbagai merek seperti Molto, Trisol,
Whipol) tahun 1998, kecap Bango tahun 2000 dan Taro tahun 2003. Dalam melakukan
akuisisi, Unilever selalu menggunakan dana keuangan internal, tidak perlu
injeksi dana kantor pusat. Ia menekankan, akuisisi hanya akan dilakukan jika
bisa mendukung bisnis utama Unilever yang telah ada. Unilever tidak akan keluar
dari bisnis utamanya, memproduksi dan memasarkan barang-barang konsumer.
Strategi manajemen keuangan Unilever dilakukan melalui pendirian kantor
pemasaran Unilever Indonesia ke berbagai negara seperti Singapura, Jepang dan
Australia. Sabun Lux buatan Rungkut, ice cream Wall’s dan teh Sari Wangi buatan
made in Cikarang bisa ditemukan di ketiga negara ini. Total ekspor produk
Unilever Indonesia mencapai 6% dari omset penjualan.
2)
Strategi Manajemen Sumber Daya Manusia
Kegiatan manajemen sumber daya manusia berkisar pada
pengadaan, penggunaan dan pemeliharaan sumber daya manusia. Agar ketiga pokok
kegiatan tersebut berjalan lancar perlu disiapkan sistem yang handal. Tahap
pengadaan mencakup perencanaan SDM, rekrutmen, seleksi dan orientasi. Tahap
penggunaan perlu memperhatikan kesesuaian antara kemampuan SDM dan apa yang
menjadi tugas serta tanggung jawabnya. Juga perlu diperhatikan hal-hal mengenai
kesempatan memperoleh pelatihan dan pendidikan, supervisi, penilaian kinerja,
imbalan serta jaminan perlindungan dan kesehatan kerja. Terakhir, pada tahapan
pemeliharaan sumber daya manusia tujuannya adalah bagaimana agar karyawan merasa
puas bekerja.
Salah satu kekuatan Unilever ada pada kualitas sumber daya
manusia. Unilever secara rutin merekrut lulusan baru dari universitas
terkemuka. Setelah itu diberikan pelatihan sistem produksi, pemasaran dan
keuangan selama tiga bulan. Mereka tidak langsung kerja tetapi ditraining
terlebih dahulu di berbagai bidang seperti manufaktur, pemasaran, penelitian
dan pengembangan. Saat ini tenaga kerja yang diserap oleh Unilever secara
langsung berjumlah 3.000 orang ini belum termasuk tenaga kerja tidak langsung.
Total tenaga kerja yang terserap berjumlah 25.000 orang. Jika diansumsikan satu
orang memiliki empat anggota keluarga maka perusahaan menanggung nasib sekitar
100.000 orang.
KASUS
DAN ANALISIS
Saat ini AQUA yang
merupakan salah satu merek yang di keluarkan oleh PT Unilever Tbk memiliki 14
pabrik yang tersebar di Jawa dan Sumatera. Kesemuanya ini dari tahun ke tahun
menghasilkan keuntungan yang melimpah bagi perusahaan ini. Pada tahun 2004
perusahaan ini berhasil mengantungi keuntungan bersih sampai Rp 41 miliar dan
tahun 2005 meskipun menurun keuntungannya tapi masih besar jumlahnya yaitu Rp
34,5 miliar. Harga sahamnya naik terus, puluhan kali lipat dari saat pertama
diluncurkan.
Sayangnya kondisi
perusahaan yang cenderung membaik ini tidak dibarengi oleh peningkatan kualitas
lingkungan dan penduduk di sekitar sumber air tempat perusahaan ini mengambil
air untuk proses produksinya. Di Desa Babakan Pari Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi,
Jawa Barat penduduk yang tinggal di sekitar sumber air Aqua mengeluh kesulitan mendapat
air bersih. Saat kemarau sebagian sumur milik penduduk mengalami kekeringan. Dahulu
menurut warga setempat, memiliki sumur dengan kedalaman 5-7 meter sudah cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari, tapi sejak tahun 2000, sumur harus digali lebih
dalam lagi paling tidak hingga 17 meter.
Penduduk di Polanharjo,
Kabupaten Klaten juga mengalami hal yang sama, sejak Aqua beroperasi di wilayah
tersebut tahun 2002, penduduk banyak yang merasakan kekurangan air. Semula, air
selalu cukup untuk kebutuhan sehari-hari dan irigasi, akan tetapi sekarang, untuk
memenuhi kebutuhan irigasi, petani harus menyewa pompa dan untuk kebutuhan
sehari-hari banyak penduduk yang harus membeli air dari tangki air dengan harga
yang mahal. Hal ini sangat ironis mengingat Kabupaten Klaten adalah wilayah
kaya akan sumber daya air, di satu kabupaten ini saja terdapat 150-an mata air.
Perubahan yang paling
dirasakan warga akibat eksploitasi sumber air oleh AQUA adalah menurunnya
kualitas dan kuantitas sumber daya air yang ada di desa terhadap penghidupan
warga desa itu sendiri. Penurunan daya dukung air ini tampak dari munculnya
masalah-masalah krusial (penting dan mendesak) terkait pemanfaatan sumber daya
air di tingkat komunitas.
Kampung Pojok berbatasan langsung dengan kampung
Kubang Jaya. Berdasarkan wawancara dengan salah satu warga setempat didapat informasi bahwa
warga di kampung ini juga
mengalami kekurangan air bersih. Kekurangan ini menurut mereka disebabkan
karena adanya eksploitasi mata air Kubang oleh
pihak AQUA. Pengaruh negatif yang dialami warga yaitu
berkurangnya ketersediaan air yang ada di dalam
sumur. Selain itu, debit air yang melewati saluran/selokan air di kampung juga, jumlahnya sudah sangat jauh berkurang.
Hal ini dilihat sendiri oleh penulis pada saat observasi melewati kampong ini. Air yang mengalir
lewat selokan-selokan warga jumlahnya sudah sangat kecil. Akibatnya, debit air yang
mengalir ke pancuran air untuk umum juga mengecil, serta kolam-kolam
ikan milik warga juga mengalami kekurangan air.
ANALISIS
1. Aspek
Lingkungan
Dari aspek lingkungan,
perubahan yang paling dirasakan warga akibat eksploitasi sumber air oleh AQUA adalah menurunnya
kualitas dan kuantitas sumber daya air yang ada di desa terhadap penghidupan
warga desa itu sendiri. Penurunan daya dukung air ini tampak dari munculnya masalah-masalah krusial
(penting dan mendesak) terkait pemanfaatan sumber daya air di tingkat komunitas. Terdapat dua
masalah utama yang dialami warga sebagaimana diuraikan di bawah ini:
a. Kurangnya
ketersediaan air bersih untuk konsumsi rumah tangga sehari-hari
Air untuk konsumsi
rumah tangga termasuk: air untuk minum, memasak, mencuci, mandi, wudhu dan lain-lain. Adanya
masalah ini terlihat dari berkurangnya secara drastis jumlah air yang ada di dalam sumur, di
pancuran dan air permukaan hampir semua kampung mengalami masalah kekurangan air
rumah tangga.
Secara umum dapat
disimpulkan bahwa munculnya persoalan tersebut terkait erat dengan adanya pengambilan air secara
besar-besaran oleh perusahaan AMDK AQUA terhadap sumber/mata
air di kampung tersebut. Sebelum beroperasinya AQUA, ketersediaan air oleh
warga dinilai cukup melimpah.
Sumur dulunya selalu penuh terisi air, walaupun musim kemarau telah berjalan 5 bulan. Air yang berasal dari
rembesan/resapan air di tebing-tebing cukup banyak jumlahnya sehingga bias ditampung dan
dimanfaatkan oleh warga. Bahkan, setiap cekungan (legok)
dahulunya selalu penuh terisi air. Sekarang, setelah pengambilan sumber air oleh AQUA berjalan sekitar 14 tahun,
situasi ketersediaan air untuk rumah tangga dinilai semakin memburuk. Air sumur sudah kering
pada awal musim kemarau. Debit air pancuran (mata
air/air rembesan di bawah tanah) semakin mengecil dari tahun ke tahun. Cekungan-cekungan
yang biasanya mengandung banyak air, sekarang menjadi kering.
Berdasarkan wawancara
dengan sejumlah warga, didapat kecenderungan opini yang menyatakan bahwa pengambilan air oleh
AQUA telah berdampak negatif terhadap pemenuhan kebutuhan
air rumah tangga mereka. Bentuk dampak negatif yang umum terjadi/paling dirasakan warga adalah turunnya muka air
sumur. Sumur gali warga umumnya sudah ada jauh sebelum adanya eksploitasi air
oleh AQUA. Dengan demikian, secara kuantitas warga yang terkena dampak negatif
akibat eksploitasi AQUA tersebut, jumlahnya relatif besar.
Turunnya muka air sumur
ini tampak dari maraknya pendalaman sumur yang dilakukan warga beberapa tahun terakhir ini.
Besarnya pertambahan kedalaman penggalian sumur relatif
bervariasi dan sangat dipengaruhi oleh lokasi di mana sumur itu digali.
Berdasarkan temuan di
lapang, didapat selang nilai pertambahan kedalaman sumur yang cukup signifikan yaitu sekitar 5-8 meter. Hal ini bisa
diartikan bahwa akibat eksploitasi air oleh AQUA, ada penurunan tinggi muka air tanah pada
sumur gali warga sebesar 5-8 m.
Selain turunnya muka
air sumur, dampak negatif lain akibat eksploitasi
sumber air oleh AQUA
adalah berkurangnya debit air yang mengalir di tempat-tempat pengambilan air
milik umum seperti mata air/pancuran serta
berkurangnya air permukaan yang mengalir lewat saluran/selokan
air, sungai, danau (setu) dan lain-lain. Berdasarkan analisis warga, berbagai dampak negatif ini bias mereka alami
karena air bawah tanah yang disedot oleh AQUA jumlahnya
sangat besar. Sehingga, pengaruhnya terasa hingga radius (jarak) yang sangat
jauh, yakni hingga ke kampung-kampung di
bagian atas desa (daerah tangkapan air) yang letaknya jauh dari sumber air. Hal ini cukup
logis apabila dikaitkan dengan sifat air yang selalu menuju tempat yang lebih rendah. Demikian pula
berlaku pada air tanah dan air permukaan pada bukit-bukit sekeliling lembah.
Air tersebut akan mengalir turun menuju daerah lembah. Daerah mata air yang dieksploitasi AQUA merupakan
daerah lembah yang letaknya di bagian paling bawah
dari desa. Sehingga ketika air bawah tanah yang terdapat di sebelah bawah
disedot secara besar-besaran, otomatis air di sebelah atas akan ikut tersedot.
b. Kurangnya
ketersediaan air untuk pertanian (sawah).
Masalah ini dialami
oleh petani dari hampir semua kampung yang termasuk lingkungan desa. Pada musim hujan seperti sekarang
ini, sawah masih kekurangan
air. Apalagi pada musim kemarau, sawah petani berubah menjadi sawah tadah hujan karena air di selokan sangat
kecil bahkan kebanyakan sawah mengalami kekeringan.
Akibatnya menurut petani pertumbuhan tanaman padi mereka menjadi terganggu. Fenomena lain yang terjadi akibat
masalah ini adalah petani berlomba-lomba saling mendahului
dalam memulai masa tanam padi supaya kebutuhan air sawah bisa tercukupi.
Pendapat komunitas
warga mengenai dampak eksploitasi air oleh AQUA terhadap ketersediaan air untuk pertanian
(utamanya sawah), masih beragam. Sebagian warga mengatakan
bahwa dampak eksploitasi AQUA terhadap ketersediaan air untuk pertanian (sawah) relatif tidak besar. Kebanyakan
dari warga yang diwawancarai berpendapat bahwa kekurangan
air untuk irigasi sawah mereka, tidak secara langsung disebabkan oleh adanya
eksploitasi air oleh AQUA. Pendapat ini didasari oleh kenyataan, bahwa sumber
air untuk mengairi
sawah-sawah petani di desa tidak berasal dari mata air yang dieksploitasi oleh AQUA. Selain itu, posisi
mata air yang terletak di bagian bawah desa, secara
teknis menyulitkan untuk dimanfaatkan untuk keperluan air irigasi sawah. Walau demikian, karena air dari mata air ini terbuang
juga ke sungai, pengaruh
eksploitasi air oleh AQUA ini diduga masih berpengaruh ke area pertanian yang ada di desa-desa lain.
BAB III
KESIMPULAN
Eksploitasi sumber air yang
dilakukan perusahaan AMDK AQUA di
lokasi studi (Desa Babakan Pari) telah
membawa dampak yang merugikan warga setempat
yakni makin terbatasnya
akses warga atas sumber daya air. Selain karena penguasaan/pemilikan kawasan sumber air oleh pihak AQUA (dan
perusahaan AMDK lainnya), hal ini terutama disebabkan
karena volume air bawah tanah yang dieksploitasi AQUA jumlahnya sangat besar. Sehinga terjadi pengurangan
ketersediaan air yang sangat parah/drastis pada sumber-sumber
air yang biasa dimanfaatkan warga setempat (sumur gali, mata air, pancuran air).
Walau dampak negatif
eksploitasi air oleh AQUA telah disadari dan dirasakan oleh warga Babakan Pari, akan tetapi secara
umum warga setempat masih bersikap toleran terhadap
keberadaan AQUA. Memang, banyak suara-suara warga yang bernada mengkritik terhadap keberadaan AQUA.
Akan tetapi belum ada gerakan secara kolektif dan meluas dari komunitas warga
untuk menolak/menggugat keberadaan AQUA. Konflik yang
terjadi antara warga dan AQUA lebih bersifat kasuistis/lokal (tingkat
RT/kampung). Konflik umumnya
dipicu oleh ketidakpuasan sekelompok warga karena tuntutan/permintaannya
tidak dipenuhi oleh pihak AQUA. Untuk mengatasinya, strategi AQUA adalah memenuhi tuntutan warga.
Selain itu, AQUA secara rutin juga memberikan
berbagai bantuan/sumbangan kepada komunitas warga dan berbagai lembaga/organisasi yang ada di desa.
Strategi tersebut tampaknya cukup efektif untuk meredam
ekskalasi konflik antara komunitas warga dan AQUA.
Kontribusi dari pihak
pemerintah desa, kecamatan hingga kabupaten untuk mengatasi dampak dan persoalan yang di hadapi komunitas warga di lokasi
studi akibat eksploitasi perusahaan
AMDK AQUA, dinilai warga belum memadai. Pihak pemerintah (desa kecamatan-kabupaten) secara umum
mendukung secara penuh keberadaan AQUA. Hal ini tampak dari berbagai
aturan/kebijakan pemerintah yang lebih memberikan
kemudahan dan keuntungan bagi AQUA ketimbang membela kepentingan masyarakat yang dirugikan oleh eksploitasi
air yang dilakukan AQUA. Di tingkat lapangan,
pelaksanaan kebijakan-kebijakan terkait upaya konservasi (tanah dan air) yang harus dipenuhi AQUA, tampaknya tidak
berjalan. Sikap DPRD Sukabumi tampaknya cukup
keras mengkritik pelaksanaan tanggung jawab sosial AQUA terhadap masyarakat lokal dan konservasi lingkungan. Akan
tetapi, karena posisi DPRD yang bukan eksekutor kebijakan,
suara DPRD tampaknya tidak cukup efektif mendorong perubahan di tingkat lapangan (masyarakat). Pihak eksekutif
(Pemkab Sukabumi, pemerintah kecamatan, pemerintah
desa) sendiri, kurang bisa berperan dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan dan program yang efektif dalam
mengakomodir kepentingan/kebutuhan masyarakat
dan lingkungan setempat. Di pihak lain, peran LSM-LSM setempat, dinilai belum begitu efektif dalam mendorong
perubahan-perubahan (sosial, ekonomi, politik) yang
signifikan di tingkat basis (masyarakat). Bahkan, di tingkat tertentu, peran
LSM-LSM tersebut
masih sarat dengan kepentingan pragmatis seperti untuk mendapatkan keuntungan (dana, materi, dll.) bagi
organisasinya semata dan prestise/pengakuan di mata
pihak lain. Adapun masyarakat setempat cenderung hanya dimanfaatkan sebagai alat untuk mencapai kepentingan/tujuan
LSM tersebut. Berbagai
kontribusi dari pihak AQUA cenderung hanya digunakan sebagai strategi untuk membangun citra positif perusahaan di
mata masyarakat dan untuk meredam ekskalasi konflik
antara AQUA dan warga setempat. Kontribusi tersebut secara umum belum mampu menjawab kebutuhan/persoalan riil
di tingkat masyarakat seperti kekurangan air,
pengangguran/penyediaan lapangan kerja, peningkatan ekonomi, dan sebagainya. Selain itu, kontribusi AQUA terhadap
konservasi lingkungan setempat tampaknya tidak cukup
signifikan untuk mengimbangi degradasi lingkungan yang terus terjadi sebagai akibat dari eksploitasi air yang
dilakukannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Ridho, Akhmad Annas Akbar. “Planning,
Organizing, Actuating, Controlling”. 14 November 2015. http://yobeaggerkosongsatoe.blogspot.co.id/2010/04/planning-organizing-actuating.html
Unilever. 14 November 2015. http://www.unilever.co.id/id/aboutus/introductiontounilever/
Unilever. 14 November 2015. http://www.unilever.co.id/id/aboutus/ourmission/
Unilever. 14 November 2015. http://www.unilever.co.id/id/aboutus/ourhistory/
Nurwandari, Intan. 14
November 2015. http://inuwandari.blogspot.co.id/2013/12/sistem-informasi-manajemen-ptunilever.html
Unilever. 14 November 2015. http://www.unilever.co.id/id/aboutus/tatakelolausaha/
Unilever.14 November 2015 http://www.unilever.co.id/id/Images/UNVR%20Q1%202015_tcm108-424932.pdf
Wanto, Tri. 14 November 2015. https://wantosvofckhe.wordpress.com/implementasi-rencana-starategi-pt-unilever-indonesia/
Mangoting, Daniel., & Surono,Indro.
(2006). Pemantauan dampak eksploitasi AMDK “AQUA” terhadap lingkungan dan
penduduk sekitar pabrik (kasus pt tirta investama di kabupaten sukabumi). Studi Awal. http://www.kruha.org/oneMODUL/oneDocument/1300273897.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar